Catatan ini hanya sebuah puisi. Bukan pengalaman sendiri, maupun cerita pribadi. Diharap jangan terlalu diseriusi.
Kematian.
Hanya sebuah kalimat mengandung satu buah arti sederhana
Menghilangkan cahaya kehidupan seorang manusia
Terkesan hitam, memilukan, dan mengerikan,
Mayoritas umat manusia ketakutan akan hal ini
Serum keabadian, penelitian, pengorbanan antar sesama
Semua dilakukan hanya untuk hidup lebih lama di bumi
Untuk apa?
Penyakit? Disembuhkan sampai mengeluarkan semua harta
Terluka? Ditopang dengan mesin walau mata sudah tak terbuka
Untuk apa?
Toh semua akan berakhir dengan sama.
Dihindari, dilupakan, dan ditunda
Padahal akan terkejar juga
Saat berhentinya pergerakan raga
Terputus semua sel otak yang bekerja
Walau berlari
Akan tetap terhampiri
Lalu, kenapa masih ditakuti?
Biarkan ia membawamu pergi
Pertanyaan yang melayang di benak
Mengapa mereka selalu menolak?
Nantipun mereka akan kalah telak
Mengapa masih merasa bergejolak?
Ah ya,
Namun
Bukanlah dinamakan manusia
Apabila tidak berselisihan paham
Dua sisi dinding dengan warna yang berbeda
Menantang kehendak alam
Dikala mereka takut
Kami malah ingin dijemput
Dikala mereka menunda
Kami ingin segera tiada
Untuk apa?
Hidup berlama-lama
Seperti yang sudah dikata
Toh semua akan berakhir sama
Hidup bukanlah hal yang menyenangkan
Hanya perjalanan yang penuh keperihan
Dengan malam yang penuh kesedihan
Dan siang yang penuh kegundahan
Sebatang kara
Di dunia penuh manusia
Menangis tanpa suara
Tersenyum dengan tatapan hampa
Terlukai
Tanpa ada yang mengetahui
Tempat bersandar hanya ilusi
Tak akan ada yang peduli
Kebahagiaan
Hanyalah angan-angan
Bagian hidup yang telah lama terhapuskan
Tinggal dalam kegelapan
Lelah, bosan dan tak ada tujuan
Ingin sekali segera melepaskan
Namun belum juga berpapasan
Apa nyawa ini bisa ditukarkan?
Siang malam mengangkat tangan
Berdoa dengan air tangisan
Meminta segera dipertemukan dengan kematian
Meminta segera didekatkan dengan tuhan
Mencoba menahan rembahan air mata, menutupi dengan senyuman riang di muka, menghalangi suara yang berbisik dengan canda dan tawa, mengobati sakit hati dengan menyemangati mereka yang bernasib sama.
Dikala bahagia mendatangi, telinga ini dibisiki, kamu tak pantas disini, semua yang kamu alami hari ini hanyalah sebuah ilusi, hal yang pedih akan segera datang menghampiri, janganlah kamu belama-lama disini, tetaplah untuk berharap mati, mati, mati dan mati, tempat dimana kamu akan mendapat kebahagiaan abadi.
Dikala masa menyenangkan terjadi, kepala ini membayangi, menampilkan beribu kilasan memori, memproyeksikan berbagai kesusahan hati yang telah terlewati, membuat imajinasi akan masa yang akan terjadi, harus memperhitungkan semua langkah yang akan ditapaki, kejadian buruk akan tetap membelakangi,
Berdoa dengan air tangisan
Meminta segera dipertemukan dengan kematian
Meminta segera didekatkan dengan tuhan
Mencoba menahan rembahan air mata, menutupi dengan senyuman riang di muka, menghalangi suara yang berbisik dengan canda dan tawa, mengobati sakit hati dengan menyemangati mereka yang bernasib sama.
Dikala bahagia mendatangi, telinga ini dibisiki, kamu tak pantas disini, semua yang kamu alami hari ini hanyalah sebuah ilusi, hal yang pedih akan segera datang menghampiri, janganlah kamu belama-lama disini, tetaplah untuk berharap mati, mati, mati dan mati, tempat dimana kamu akan mendapat kebahagiaan abadi.
Dikala masa menyenangkan terjadi, kepala ini membayangi, menampilkan beribu kilasan memori, memproyeksikan berbagai kesusahan hati yang telah terlewati, membuat imajinasi akan masa yang akan terjadi, harus memperhitungkan semua langkah yang akan ditapaki, kejadian buruk akan tetap membelakangi,
Gagal mencapai prestasi yang diingini, tidak mendapat pujaan hati yang dicari, mencari pekerjaan setengah mati, orang tua gagal dibanggai, rumah yang didambakan tak kunjung dipunyai, buku tabungan yang tak terisi, semua cita-cita dan angan-angan di masa muda hanya ilusi, hidup tak akan semudah yang dibayangkan untuk dijalani, namun yang paling ditakuti, bahkan tuhanpun membenci.
Apa yang terjadi setelah mati nanti, apakah masih tersiksa seperti di bumi, atau akhirnya bisa mencium wangi segar sambil menangisi hidup yang telah terlewati.
Sudah lelah diri ini, merasa tak cocok hidup di dunia ini, sudah mencoba melewati hari, memaksakan agar bisa menempatkan diri, namun sekali lagi, hidup tak semudah itu untuk dijalani.
bercerita tak menghasilkan apa apa, berniat menangis dipangkuan mama, tamparan yang terjadi selanjutnya, mencoba melampiaskan kepada sahabat sebaya, mereka bilang tak tahu apa untuk dikata, melimpahkan kepada teman biasa, hasilnya hanya cacian dan cemoohan yang mematikan rasa, belum cerita yang sudah tersebar kemana-mana, akhirnya hanya bisa terdiam dan menangis dalam doa, namun iman belum dipenuhi rasa cinta kepada-Nya, sehingga rasa ragu yang tersisa.
Kadang terpikir,
Untuk apa hidup berlama-lama, dosa menumpuk setinggi menara, raga dan batin tersiksa, tak ada sandaran untuk air mata, belum tentu pula hidup lama akan mendapat wangi surga di alam sana.
"Akan ada yang menangis disaat diri ini tiada, maka hiduplah untuk mereka."
Mari kita anggap pernyataan itu benar adanya.
Setelah diri ini tak ada, mata tak lagi terbuka, hanya beberapa onggok manusia yang akan berduka cita, orang tua akan sungguh kecewa, sahabat akan menderita, beberapa teman akan meneteskan air mata.
Namun apa itu akan selamanya?
Teman akan lupa dalam sehari, sahabat dan kawan akan biasa setelah sebulan dan mencari sahabat lain lagi, orang tua akan ingat sampai mereka menyusul nanti, namun apa bisa diperbuat lagi, hanya berharap mereka mendapat adopsi yang lebih-lebih dari diri tak berguna ini.
Kamu ini lebay, alay dan melebih-lebihkan
Aku pernah dapat masalah lebih dari itu dan aku masih baik-baik saja
Kamu itu tidak beriman
Kalau imanmu setinggi diriku, mungkin bukan itu semua yang kau rasa
Iya
Terserah saja, aku tau aku penuh dosa, tak ahli surga, tidak pintar juga, muka buruk rupa, tidak berguna, selalu menjadi pilhan kedua atau tidak sama sekali, hati penuh iri dengki. tidak berbakti, lidah masih menyakiti, kasar masih menyelimuti perbuatan diri, egoisme masih menguasai, masih banyak sekali kotor dalam roh satu ini.
Aku tau itu, terimakasih.
Bunuh diri adalah dosa
Ya akupun sudah tau itu sejak lama
namun apadaya, diri ini sudah putus asa
Mengapa kamu tidak mengingat-Nya
ya aku sudah mencoba
Entah mengapa ragu masih kuberikan kepada-Nya
Semoga di masa depan aku lebih bisa taat dan yakin kepada-Nya
Itupun kalau aku memang masih ada.
Aku hanya meminta bantuan, adakah yang bisa mengerti dan mau mendengarkan keluh kesah diri ini, bisa mendengarkan tanpa mencaci atau menjudge seenak hati, aku hanya ingin petolongan, untuk keluar dari kubangan gelap ini.
Akankah ada yang mau membantu?
Atau leher ini akan tergantung lebih dulu?
Aku ... hanya bisa menunggu.
Apa yang terjadi setelah mati nanti, apakah masih tersiksa seperti di bumi, atau akhirnya bisa mencium wangi segar sambil menangisi hidup yang telah terlewati.
Sudah lelah diri ini, merasa tak cocok hidup di dunia ini, sudah mencoba melewati hari, memaksakan agar bisa menempatkan diri, namun sekali lagi, hidup tak semudah itu untuk dijalani.
bercerita tak menghasilkan apa apa, berniat menangis dipangkuan mama, tamparan yang terjadi selanjutnya, mencoba melampiaskan kepada sahabat sebaya, mereka bilang tak tahu apa untuk dikata, melimpahkan kepada teman biasa, hasilnya hanya cacian dan cemoohan yang mematikan rasa, belum cerita yang sudah tersebar kemana-mana, akhirnya hanya bisa terdiam dan menangis dalam doa, namun iman belum dipenuhi rasa cinta kepada-Nya, sehingga rasa ragu yang tersisa.
Kadang terpikir,
Untuk apa hidup berlama-lama, dosa menumpuk setinggi menara, raga dan batin tersiksa, tak ada sandaran untuk air mata, belum tentu pula hidup lama akan mendapat wangi surga di alam sana.
"Akan ada yang menangis disaat diri ini tiada, maka hiduplah untuk mereka."
Mari kita anggap pernyataan itu benar adanya.
Setelah diri ini tak ada, mata tak lagi terbuka, hanya beberapa onggok manusia yang akan berduka cita, orang tua akan sungguh kecewa, sahabat akan menderita, beberapa teman akan meneteskan air mata.
Namun apa itu akan selamanya?
Teman akan lupa dalam sehari, sahabat dan kawan akan biasa setelah sebulan dan mencari sahabat lain lagi, orang tua akan ingat sampai mereka menyusul nanti, namun apa bisa diperbuat lagi, hanya berharap mereka mendapat adopsi yang lebih-lebih dari diri tak berguna ini.
Kamu ini lebay, alay dan melebih-lebihkan
Aku pernah dapat masalah lebih dari itu dan aku masih baik-baik saja
Kamu itu tidak beriman
Kalau imanmu setinggi diriku, mungkin bukan itu semua yang kau rasa
Iya
Terserah saja, aku tau aku penuh dosa, tak ahli surga, tidak pintar juga, muka buruk rupa, tidak berguna, selalu menjadi pilhan kedua atau tidak sama sekali, hati penuh iri dengki. tidak berbakti, lidah masih menyakiti, kasar masih menyelimuti perbuatan diri, egoisme masih menguasai, masih banyak sekali kotor dalam roh satu ini.
Aku tau itu, terimakasih.
Bunuh diri adalah dosa
Ya akupun sudah tau itu sejak lama
namun apadaya, diri ini sudah putus asa
Mengapa kamu tidak mengingat-Nya
ya aku sudah mencoba
Entah mengapa ragu masih kuberikan kepada-Nya
Semoga di masa depan aku lebih bisa taat dan yakin kepada-Nya
Itupun kalau aku memang masih ada.
Aku hanya meminta bantuan, adakah yang bisa mengerti dan mau mendengarkan keluh kesah diri ini, bisa mendengarkan tanpa mencaci atau menjudge seenak hati, aku hanya ingin petolongan, untuk keluar dari kubangan gelap ini.
Akankah ada yang mau membantu?
Atau leher ini akan tergantung lebih dulu?
Aku ... hanya bisa menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar